Sedikit berbagi pengalaman saya saat kerja praktek di PT Indocement tunggal prakarsa
BAB IV
PROSES PRODUKSI
IV.1
Persiapan
Bahan Baku
Bahan baku unit
operasi semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah batu kapur (limestone), tanah liat (sandy clay) dan bahan additive seperti (Fe, Si). Untuk bahan
baku batu kapur (limestone) di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk lokasi Citeureup mempunyai lokasi pertambangan
di quarry Dyang berjarak kurang lebih 7 km dari
lokasi pabrik. Untuk bahan baku tanah liat (sandy clay) di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk lokasi Citeureup mempunyai lokasi pertambangan di Hambalang.
Bahan baku yang didapatkan dari penambangan selanjutkan dikirim ke pabrik
menggunakan conveyor dari lokasi
tambang ke dalam pabrik untuk di proses.
Untuk bahan baku additive semen didapatkan dari pihak ke
3. Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk juga menggunakan limbah industri
sebagai Alternative Raw Material.
Limbah industri yang dapat digunakan sebagai Alternative Raw Material seperti limbah industri besi dan baja dan
limbah industri lainnya yang mengandung unsur Fe, Si, atau Al yang dapat
digunakan sebagai bahan additive
untuk campuran semen.
IV.2
Uraian Proses
IV.2.1 Konsep Proses
Proses
pembuatan semen yang digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah
proses kering. Proses kering ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi pada
proses basah, dengan menggunakan prinsip preblending
dengan sistem homogenasi dan raw mix,
dimana pada proses ini tahap penggilingan dan pencampuran dilakukan secara
kering (kadar air ± 1% di dalam rotary
kiln). Proses ini menggunakan umpan kering untuk tahap pembakaran dalam suspension preheater dan rotary kiln. Tahap-tahap prosesnya
sebagai berikut :
a.
Drying : terjadi dalam suspension preheater dengan kadar air 1% menjadi 0%.
b.
Calcinations
: terjadi dalam suspension
preheater dan rotary kiln.
c.
Sintering dan
reaction : terjadi dalam rotary kiln.
Keuntungan dari proses
kering adalah kiln yang digunakan
panjangnya relatif lebih pendek dan diameternya lebih kecil. Selain itu
pemakaian panas dan bahan bakar lebih efisien. Kerugian proses kering juga adalah debu yang ditimbulkan relatif
banyak dan homogenitas campuran kurang bagus.
IV.2.2 Deskripsi Proses
Secara
garis besar proses pembuatan semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
dibagi dalam beberapa tahap:
1.
Unit Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Mining Unit)
2.
Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit)
3.
Unit Pembakaran Bahan Baku dan Pendinginan Klinker (Kiln Unit)
4.
Unit Penggilingan Akhir (Cement Mill Unit)
5.
Unit Pengantongan Semen (Packing Unit)
6.
Unit Pengeringan dan Penggilingan Batubara (Coal Mill Unit)
IV.2.2.1 Unit Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku
a.
Penambangan Batu Kapur (Limestone)
Kebutuhan batu kapur untuk produksi
semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. rata-rata 45.000 ton/hari.
Kebutuhan ini dipenuhi dengan cara melakukan penambangan di Quarry D yang berjarak kurang lebih 7 km
dari lokasi pabrik. Karena batu kapur merupakan batuan yang keras, maka
diperlukan peledakan untuk melepaskan batuan induknya.
Kegiatan penambangan meliputi proses pembersihan (clearing), pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling), penghancuran (crushing), pengiriman (conveying). Ketika melakukan drilling ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu burden and spacing, serta bench height. Ketiga hal tersebut ialah
pola yang harus dibuat agar proses blasting
nantinya dapat lebih optimal. Pada proses blasting
terdapat 3 hal utama yang harus diperhatikan yaitu:
1) Explosive,
ledakan yang dilakukan menggunakan
bahan peledak yang memiliki komposisi power
gel (1-2%) dan ANFO atau Ammonium
Nitrate Fuel Oil (98-99%)
2) Detonator
atau pemicu ledakan. Jenis detonator yang digunakan adalah electrical
delay detonator. Sistem delay yang digunakan bertujuan untuk meminimalisir getaran ledakan
dan juga dapat menghasilkan hasil pecahan yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan blasting tanpa sistem delay
3)
Blasting
ratio, dalam proses blasting
harus diperhitungkan jumlah bahan peledak dengan bahan baku yang akan
diledakan. Blasting ratio yang
digunakan sebesar 0,165 kg bahan peledak per 1 ton bahan baku yang akan
dihancurkan.
Proses crushing dilakukan dengan menggunakan 3 jenis crusher yaitu Jaw Crusher, Single Shaft Hammer
Crusher, dan Double Shaft Crusher. Limestone
dihancurkan hingga berukuran sekitar 70 mm. Selanjutnya bahan baku dibawa
dengan menggunakan Belt Conveyor sepanjang
12 km sampai di Intermediate Storage.
b.
Penambangan Tanah Liat (sandy clay)
Penambangan
sandy clay dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. di
Hambalang. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan bahan baku tersebut di daerah
Hambalang yang letaknya tidak jauh dari lokasi pabrik. Tahap-tahap penambangan
meliputi proses pembongkaran batuan (loosening) menggunakan alat bor (bulldozer)
dan peledak, pemuatan (loading) menggunakan wheel loader, pengangkutan (conveying)
bahan baku dari lokasi penambangan ke dalam alat
penghacur menggunakan dump truck, pengecilan ukuran (size reduction)
menggunakan roll cruscher dan pengiriman bahan baku menggunakan belt conveyor.
c.
Material Storage
Untuk plant
11, material storage terbagi menjadi 3 storage yaitu
limestone storage, sand dan iron ore storage yang menjadi satu storage, dan yang terakhir
adalah sandy clay storage.
Jenis
storage yang digunakan untuk limestone adalah circular
storage. Circular storage yaitu stacking material
dengan metode cevron yang dilakukan secara kontinyu dan mempunyai dasar
melingkar dengan satu pile ditumpuk secara kontinu pada satu ujung dan ditarik
pada ujung lainnya.
Sedangkan
untuk sandy iron ore dan sandy clay storage menggunakan tipe longitudinal
storage. Cara
pembentukan longitudinal storage yaitu pile
dibentuk dengan menumpuk material pada satu cone dari satu posisi yang
tetap, ketika pile konis ini sudah penuh, penumpukan material pindah ke
posisi yang baru dan cone yang baru dibentuk berdekatan dengan cone sebelumnya.
Proses ini berlanjut dalam arah longitudinal storage sampai stockpile penuh.
Jenis
circular storage lebih efisien karena untuk reclaiming dan stacking
hanya menggunakan satu motor yang terpusat di satu titik sedangkan untuk longitudinal
storage reclaimer dan stacker menggunakan motor
penggeraknya masing-masing
sehingga untuk satu unit longitudinal storage menggunakan dua motor yang
menyerap energi lebih besar untuk penggerak motornya.
Selain
digunakan untuk menyimpan bahan baku dari mining,
material storage juga berfungsi untuk prehomogenisasi. Prehomogenisasi
adalah suatu mekanisme atau proses yang bertujuan untuk menghomogenkan komposisi
kimia dan
kehalusan bahan baku setelah diambil dari tambang dan dipecah (crushing)
sehingga berukuran tertentu. Prehomogenisasi ini dilakukan oleh stacker
dan reclaimer yang ada di masing-masing storage.
Selanjutnya
setelah reclaiming bahan baku dibawa menuju ke masing-masing hopper dengan menggunakan apron
feeder dan belt conveyor. Sebelum sampai pada hopper bahan
baku akan melalui magnetic separator yang berfungsi untuk mengambil impurities
berupa metal yang terbawa oleh bahan baku. Pada hopper terdapat vibrator
dan air coch yang berfungsi untuk meluruhkan material yang menempel
pada dinding hopper, dimana vibrator bekerja dengan cara
memberikan getaran pada dinding hopper sedangkan air coch bekerja
dengan cara menembakkan udara sehingga material terlepas dari dinding hopper.
Kemudian bahan baku dibawa dari masing-masing hopper dengan
menggunakan apron feeder, weighning feeder dan belt conveyor. Weighning
feeder berfungsi untuk mengukur berat masing-masing bahan baku agar sesuai
dengan yang diinginkan. Jika berat bahan baku kurang dari yang diinginkan, maka
weighing feeder secara otomatis akan mengirim sinyal ke apron feeder
sehingga apron feeder akan mempercepat laju pengiriman bahan baku hingga
sesuai dengan berat yang diinginkan.
Seluruh bahan baku yang telah sesuai dengan berat yang ditentukan akan
dibawa dengan belt conveyor yang sama menuju ke raw mill melalui magnetic
separator dan metal detector. Metal detector berfungsi untuk
mendeteksi logam yang lolos dari magnetic separator. Setelah metal
detector mendeteksi logam, flat dumper akan terbuka sehingga logam
tersebut akan terbuang keluar. Material logam sangat dihindari untuk masuk ke
dalam proses pembuatan semen karena dapat menimbulkan kerusakan alat.
IV.2.2.2 Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan
Baku (Raw Mill Unit)
Raw mill merupakan tempat berlangsungnya proses penggilingan material mentah
menjadi bahan baku semen yang nantinya akan diumpankan ke dalam rotary kiln.
Jenis raw mill yang digunakan pada plant 11 adalah vertical
raw mill, dimana pada raw mill jenis ini proses grinding dan separating
dilakukan didalam satu alat yang sama.
Pada unit ini bahan baku mengalami empat proses yaitu:
1.
Pengeringan bahan baku (drying)
Pengeringan
bahan baku dilakukan hingga kadar air pada bahan baku berkurang dari 9,5%
menjadi 0,5-1%.
2. Pengecilan
ukuran bahan baku(grinding)
Bahan
baku masuk yang berukuran
30 mm digerus hingga berukuran
170 mesh (90 mikron) dengan residu kurang dari 12% sehingga diperoleh material
yang lebih halus dengan luas permukaan besar yang berpengaruh pada keefektifan
reaksi di kiln.
3.
Pemisahan (separting)
Pemisahan bahan baku dilakukan antara bahan baku
yang sudah halus dan bahan baku yang masih kasar, sehingga jika masih ada bahan
baku yang kasar akan dibawa menuju griniding
proses untuk digerus kembali
4.
Pengangkutan
(conveying)
Seluruh material didalam material yang berada
didalam vertical raw mill dapat
bergerak dari grinding chamber menuju
ke separator dan electrostatic
precipitation (EP) karena adanya daya hisap dari electrostatic precipitation fan.
Tabel
II.1
Reaksi di Suspension Preheater
Suhu
(oC)
|
Proses
|
Reaksi
Kimia
|
100-200 oC
|
Penguapan air bebas
|
H2O(l)àH2O(g)
|
500-600 oC
|
Penguapan hidrat terikat
|
Al2O3. 2SiO2.
2H2O à
Al2O3. 2SiO2 + 2H2O(g)
|
600-800 oC
|
Penguraian karbonat
|
CaCO3àCaO +CO2
MgCO3àMgO +CO2
|
800-900 oC
|
Pembentukan C2S sebagian
|
2CaO + SiO2à 2CaO. SiO2
|
Bahan
baku yang masuk ke dalam vertical raw mill
akan dijatuhkan ke pusat meja bundar (table)
yang berputar dan tergilas oleh dua
pasangan
roller yang ditekan dengan silinder
hidraulik. Selama proses penggilingan berlangsung, bahan baku juga mengalami proses pengeringan. Bahan baku
dikeringkan dengan menggunakan udara panas yang dialirkan dari bagian bawah
ruang penggilingan (grinding chamber).
Udara panas tersebut berasal dari suspension
preheater (SP). Namun untuk plant yang baru berjalan, karena belum ada
aliran udara panas dari suspension
preheater maka udara panas didapatkan dari hot gas generator. Hot gas
generator hanya digunakan diawal karena biaya bahan bakar hot gas generator cenderung lebih mahal.
Udara
panas dialirkan dari suspension preheater
menuju vertical raw mill melalui dustbin collector dan gas conditioning tower. Pada dustbin collector terjadi pemisahan
antara udara panas dari suspension preheater dan material yang ikut terbawa,
dimana material akan dikeluarkan melalui rotary
feeder dan dijatuhkan ke bucket
elevator untuk selanjutnya dibawa sebagai kiln feed sedangkan gas panas akan diteruskan menuju ke gas conditioning tower.
Udara panas dari suspension
preheater yang bersuhu sekitar 380˚C dikondisikan di dalam gas conditioning tower menjadi 280 ˚C sebelum
masuk ke vertical raw mill agar tidak
terlalu tinggi karena akan mempengaruhi kinerja dari electrostatic precipitation (EP). Gas conditioning tower memiliki nozzle
yang berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga suhu udara menjadi lebih
dingin.
Bahan baku yang telah digilling di
meja penggiling dihisap oleh Electrostatic Precipitator
(EP) fan menuju separator. Disini material
hasil penggilingan yang masih kasar akan dipisahkan oleh separator dan
dijatuhkan kembali ke meja penggilingan, sedangkan material yang sudah halus akan terhisap oleh Electrostatic Precipitator (EP) fan.
Bahan baku yang terlempar dari meja penggilingan karena gaya sentrifugal
dikumpulkan dan dijatuhkan ke bucket
elevator yang akan membawa material ke vertical raw mill
melalui saluran masuk untuk dijatuhkan dan digiling kembali.
Electrostatic precipitator berfungsi untuk menangkap debu atau material halus yang
terbawa dalam udara sehingga udara yang dibuang ke lingkungan bersih dari debu.
Electrostatic
Precipitator (EP) bekerja dengan cara collecting,
emitting, dan rapping. Di dalam Electrostatic Precipitator
(EP) terdapat dua jenis plat emitiing plat dan collecting plat. Emitting
plat dialiri listrik dengan tegangan sebesar 8000 V dan berfungsi untuk
memberikan muatan negatif kepada material halus yang terbawa oleh udara.
Material yang bermuatan negatif tersebut selanjutnya akan menempel pada collecting plat bermuatan positif. Dalam
jangka waktu tertentu collecting plat
akan dipukul dengan hammer sehingga
material halus yang menempel akan jatuh ke dalam hopper.
Suhu material yang masuk dijaga
sekitar 120˚C agar electrostatic precipitator dapat bekerja secara optimal. Jika suhu terlalu panas
resistivitas material akan semakin tinggi sehingga menjadi lebih sulit untuk
diberikan muatan negatif, sedangkan jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan
tingkat moisture dalam material naik
yang selanjutnya dapat menimbulkan sparkling
atau konslet didalam electrostatic precipitator. Oleh karena itu udara panas pada proses drying yang berasal dari suspension preheater perlu dikondisikan
terlebih dahulu di dalam gas conditioning
tower.
Selain mengatur suhu material yang
masuk, aliran menuju electrostatic precipitator buat bercabang dengan tujuan agar material yang masuk
tidak menumpuk disatu titik, karena penumpukan material dapat menyebabkan
kinerja electrostatic
precipitator menjadi kurang
maksimal.
Udara yang telah bersih akan dikeluarkan melalui cerobong
(chimney). Sedangkan
material halus yang masuk ke dalam hopper
akan dikeluarkan melalui ke rotary feeder
yang berfungsi untuk menjaga kontinuitas material agar tidak terjadi penumpukan
pada material yang keluar sehingga dapat mengurangi beban kerja screw conveyor. Pada hopper material cenderung bersifat
kohesif dengan dinding hopper
sehingga dipasang vibrator dan compressor yang berfungsi untuk
meluruhkan material yang menempel pada dinding hopper. Selanjutnya dari rotary
feeder, material
dibawa oleh screw
conveyor dan air slide menuju bucket
elevator dan dialirkan ke blending silo.
IV.2.2.3 Unit Pembakaran Bahan Baku dan Pendinginan
Klinker (Kiln Unit)
Pada proses
pembakaran ini akan terjadi reaksi kimia antara batu kapur, silika, tanah liat,
dan pasir besi membentuk klinker dengan kandungan C2S, C3S,
C3A, dan C4AF. Proses pembakaran meliputi tahapan:
1.
Tahap Homogenisasi
Proses ini
terjadi di dalam blending silo dengan
menggunakan bantuan udara bertekanan tinggi dari dasar silo. Tujuan
homogenisasi adalah untuk menghomogenkan campuran tepung baku, sehingga
diharapkan tidak akan terjadi kesulitan pada saat operasi di kiln. Keuntungan
tahapan ini adalah:
a.
Mutu klinker lebih baik dan seragam
b.
Penghematan bahan bakar
c.
Proses pembakaran lebih stabil dalam kurun waktu yang
lama
d.
Terjadinya coating
(tepung baku yang meleleh, bereaksi dan melekat pada bata tahan api)
sehingga bata tahan apinya dapat bertahan lama.
Pada
plant 11 terdapat dua buah blending silo
dengan kapasitas masing- masing 27.000 ton. Material masuk melalui air slide yang kemudian disebar ke enam
buah saluran yang berada di atas silo.
Di dasar silo, material terfluidisasi
oleh udara, masuk ke dalam silo outlet
secara bergantian dan secara otomatis dialirkan ke ruang blending. Material jatuh ke air
slide dan dari bawah dialirkan udara yang bertekanan tinggi sehingga
material terangkat dan saling berhamburan hingga terhomogenisasi.
2.
Tahap Pembentukan Klinker
Proses pembentukan
klinker tidak seluruhnya terjadi
dalam rotary kiln,tetapi juga berlangsung dalamsuspension preheater (SP). Di dalam SP,
material atau raw meal mengalami pemanasan awal dan
proses kalsinasi awal. Kalsinasi awal bertujuan untuk menaikkan derajat
kalsinasi material sebelum masuk kiln
karena proses kalsinasi membutuhkan energi yang besar sehingga beban panas kiln berkurang. Kalsinasi atau reaksi dekomposisi karbonat adalah
reaksi pemecahan senyawa karbonat (CaCO3) menjadi CaO dan CO2,
dimana CaO adalah komponen utama dalam semen dan CO2akan dilepaskan.
Reaksi dekomposisi karbonat
adalah :


panas
Proses perpindahan panas yang terjadi di SP
terjadi secara konveksi, dimana panas yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi
diperoleh dari pembakaran yang terjadi di SP, gas buang rotary kiln, dan gas
panas hasil pendinginan clinker di grate cooler. Sistem dengan udara
pembakaran untuk precalsiner didapat
dari grate cooler melalui tertiery
air duct (TAD) disebut tertiery air.
Proses prekalsinasi terjadi pada suhu tinggi yaitu sekitar 800˚-900˚C. Metode
perpindahan panas pada SP terbagi menjadi dua:
1) Transfer panas aliran searah (co-current)
Jika dilihat per bagian transfernya, aliran gas dan material terjadi secara
co-current
2) Transfer panas aliran berlawanan arah (counter current)
Bila dilihat secara keseluruhan arah aliran gas dengan material terjadi berlawanan
arah, dimana material masuk dari SP bagian atas dan gas panas masuk dari cyclone terbawah
Raw
meal yang berada di blending silo dialirkan oleh air slide dan bucket elevator menuju ke SP. Pada plant
11, SP yang digunakan adalah jenis ILC (In-Line
Calciner) dan SLC (Separate Line
Calciner), dimana ILC sebagai alat utama yang dapat bekerja sendiri tanpa
SLC sedangkan SLC sebagai
alat pendukung yang tidak dapat bekerja sendiri tanpa ILC. Selain itu perbedaan antara ILC dan SLC terdapat
pada sumber udara panas yang dipakai, dimana pada ILC gas panas yang digunakan
berasal dari hasil pembakaran coal di
precalsiner, gas buang rotary kiln dan sebagian kecil dari gas
panas hasil pendinginan clinker di grate cooler. Gas panas dari grate cooler berfungsi
sebagai suplai O2 untuk pembakaran yang terjadi di precalsiner. Sedangkan pada SLC gas
panas yang digunakan sepenuhnya berasal dari gas panas hasil pendinginan clinker di grate cooler dan hasil pembakaran coal di precalsiner.
Satu rangkaian ILC dan SLC masing-masing terdiri
dari lima buah cyclone dan precalsiner. Raw meal masuk ke dalam SP melalui saluran penghubung (connecting
duct) antara cyclone 1 dan 2, sedangkan udara panas mengalir berlawanan
arah dengan umpan. Udara panas
tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar moisture
yang ada didalam tepung baku. Dengan adanya susunan cyclone di SP,
maka tepung baku mengalami pemanasan sepanjang tingkatan di cyclone. Karena aliran gas panas dari cyclone 2, maka
material yang berada di saluran antara cyclone 1 dan 2 terbawa menuju cyclone
1. Di dalam cyclone 1 material bersama udara panas akan mengalami gaya sentrifugal kemudian material
akan terpisah dengan udara
panas karena adanya gaya sentrifugal
kemudian material akan turun karena adanya gaya gravitasi sedangkan udara panas
akan terhisap oleh fan. Material
akan turun ke connecting duct antara cyclone
2 dan 3 karena ada aliran gas
panas dari cyclone 3, maka material akan masuk ke cyclone
2. Pada cyclone 2 terjadi pemisahan material dengan gas panas sehingga
material akan jatuh ke connecting duct antara cyclone 3 dan 4, sedangkan
gas panas akan naik. Hal yang sama terjadi pada cyclone 3 dan 4,
material yang jatuh pada cyclone 4 masuk ke dalam precalciner ILC sebelum masuk ke cyclone
5. Pada precalciner ILC proses
prekalsinasi terjadi 78-80% sedangkan pada
precalsiner SLC proses kalsinasi dapat berlangsung hingga 90%.
Untuk memaksimalkan
proses prekalsinasi di SP, dipasang 4 buah burner
di precalciner dimana burner menghasilkan gas panas tambahan. Selanjutnya karena aliran gas panas yang
ada pada precalsiner ILC, material masuk ke cyclone 5. Material dari cyclone
5 sebagian akan masuk ke dalam kiln
inlet hood dan sebagian lagi dibawa menuju precalsiner SLC, sedangkan gas panas keluar menuju cyclone
4. Material yang keluar dari cyclone
5 menuju ke kiln
inlet hood akan
dikalsinasi lebih lanjut di kiln.
Sedangkan material yang menuju ke precalsiner
SLC akan dikalsinasi
kembali, kemudian material masuk ke dalam cyclone 5 pada line SLC. Kemudian dari cyclone 5 material masuk ke kiln inlet hood. Berikut ini keuntungan yang didapat dengan
menggunakan SP:
a.
Mengurangi
beban kerja di kiln, sehingga umur
bata tahan api lebih panjang
b.
Gas panas yang keluar dari SP dapat digunakan kembali untuk pemanasan di raw mill dan coal
mill
c.
Penghematan bahan bakar
d.
Diameter dan panjang kiln lebih kecil sehingga
mengurangi penggunaan bata tahan api di burning
zone, karena sebagian pembakaran di burning
zone telah dilakukan oleh precalciner.
e.
Waktu tinggal material didalam kiln lebih cepat
Tahap berikutnya adalah pembakaran raw
meal di dalam rotary kiln. Kiln
berfungsi sebagai reaktor kimia atau tempat terjadinya reaksi pembentukan
klinker dan sebagai alat transportasi. Disinilah terjadi
proses kalsinasi lanjutan dan sintering atau pembentukan mineral-mineral
pembentuk semen, yaitu C2S, C3S, C3A, dan C4AF.
Berbeda dengan SP, perpindahan panas yang paling berperan
dalam rotary kiln terjadi secara
radiasi. Kontak antara material dan gas panas berlangsung
secara counter current, sehingga
menyebabkan perubahan fisik dan kimia dari material sepanjang kiln.
Tepung
baku yang telah melalui SP masuk
ke rotary kiln pada
suhu 800˚-900˚C. Di dalam kiln, raw
meal akan mengalami berbagai macam
proses sesuai dengan zona yang ada di kiln itu sendiri. Kiln
dibagi menjadi 6
zona pembakaran,
yaitu
1) Calcination
zone
Pada zona ini
terjadi proses kalsinasi lanjutan yang bertujuan untuk menguraikan senyawa
karbonat yang belum terkalsinasi di SP hingga terurai sempurna.
2) Safety
zone
Zona ini bertujuan untuk memastikan seluruh
senyawa karbonat sudah terurai sempurna menjadi CaO.
3) Upper
transition zone
Raw meal mengalami persiapan pembakaran
dengan sebagian material mengalami perubahan fasa menjadi cair yang berfungsi
sebagai pengikat pada reaksi pembakaran dan proses sintering. Di zona ini material sepenuhnya akan berubah menjadi
fase cair dan memiliki temperatur mencapai 900˚-1200˚C. Selain itu, sebagian
besar pembentukan C2S dan pembentukan awal C3S terjadi di
zona ini.
4) Burning
zone
Suhu pada zona ini
berkisar antara 1200˚-1450˚C, dimana pada suhu ini fasa seluruh material akan
berubah menjadi fasa cair. Pada zona ini terjadi pembentukan C2S, C3S,
C3A, dan C4AF.
5) Lower
trasition zone
Zona ini merupakan lanjutan dari burning zone dimana pembentukan sebagian
mineral seperti C2S dan C3S masih berlangsung.
6) Cooling
zone
Material mengalami
penurunan suhu menjadi 1200˚C. Pendinginan pada zona ini dilakukan secara cepat
agar C3S tidak kembali menjadi C2S. Untuk mendukung hal
tersebut cooling zone dibuat sependek
mungkin agar C3S tidak kembali terurai dimana panjang pendeknya zona
ini berkaitan dengan panjang lidah api yang keluar dari burner.
Reaksi pembentukan
klinker dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel II.2
Reaksi
di Rotary Kiln
Suhu
(oC)
|
Proses
|
Reaksi
Kimia
|
800-900 oC
|
Pembentukan C2S sebagian
|
2CaO + SiO2à 2CaO. SiO2
|
600-1000 oC
|
Dekomposisi
limer (penguraian karbonat).
Pembentukan
C2S
Pembentukan
C3A
|
CaCO3à CaO + CO2
CaO + SiO2à CaO. SiO2
CaO + Al2O3à CaO. Al2O3
|
800-1300 oC
|
Pembentukan
C2S
Pembentukan
C3S
Pembentukan
C3A
Pembentukan
C4AF
|
CaO. SiO2 + CaO à 2CaO. SiO2
3CaO + SiO2à 3CaO. SiO2
CaO. Al2O3 +
2CaO à3CaO. Al2O3
CaO. Al2O3 + CaO +
Fe2O3à4CaO.
Al2O3. Fe2O3
|
1250-1450 oC
|
Sintering
|
2CaO. SiO2 + CaO à 3CaO. SiO2
|
1450-1240 oC
|
Pendinginan
|
Kristalisasi aluminat dan ferit
|
Panas didalam proses ini
didapatkan dari bahan bakar batu bara yang dialirkan ke alat pembakar atau burner yang terletak di ujung
pengeluaran kiln. Udara yang digunakan untuk pembakaran batu bara
15-20% menggunakan primary air dan sisanya menggunakan secondary air, dimana primary
air dihembuskan oleh primary fan dan
secondary air yang berasal dari grate cooler. Penggunaan secondary air lebih banyak menggunakan
karena secondary air mengalami
perpindahan panas hasil pendinginan klinker di grate cooler sehingga suhunya
lebih panas dibandingkan suhu primary air.
Udara dengan suhu yang tinggi tersebut akan membantu mempercepat proses
pembakaran bahan bakar (coal)
dibandingkan udara yang berasal dari primary
fan. Sementara hasil pembakaran berupa gas panas yang keluar klin digunakan untuk membantu
pemanasan di SP, raw mill dan coal mill
Burner dari bagian dalam hingga terluar terdiri
dari oil, ceiling spot, radial, coal,
axial, dan castable. Bahan bakar pada burner terdiri dari dua jenis yaitu oil dan coal, dimana oil hanya digunakan pada saat awal
penyalaan (firing) burner dan
selanjutnya akan digunakan coal untuk
bahan bakar selama kiln berjalan. Radial berfungsi untuk mengatur lebar sempitnya
lidah api sedangkan axial berfungsi
untuk mengatur panjang pendeknya api. Kedua komponen tersebut dipengaruhi oleh
kandungan O2 dari primary air
dan secondary air. Semakin banyak O2
maka api yang dihasilkan akan semakin lebar dan pendek tetapi kuat dan stabil, sedangkan jika kandungan
O2 sedikit maka api yang dihasilkan akan semakin sempit dan panjang.
Kurangnya kandungan O2 pada proses pembakaran juga dapat menyebabkan
pembakaran tidak sempurna. Castable
pada burner berfungsi sebagai isolator.
Karena proses pembentukan
klinker di dalam rotary kiln
berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi, maka dinding rotary kiln harus dilapisi dengan bata
tahan api untuk melindungi shell tube
akibat nyala api, gas panas dan material panas, mengurangi beban rotary kiln dan berfungsi sebagai isolator
panas, sehingga dapat mengurangi kehilangan panas akibat radiasi dan konveksi. Pada kiln setidaknya ada tiga jenis bata
yang digunakan yaitu bata alumina, bata magnesia, dan bata silika. Ketiga bata
tersebut memiliki fungsi yang berbeda seperti bata alumina yaitu bata yang tahan
terhadap material yang mengandung chemical,
bata magnesia yaitu bata yang tahan pada temperatur tinggi, dan bata silika
yaitu bata tahan abrasif. Ketiga bata tersebut ditempatkan di zona yang sesuai
dengan sifat bata tersebut seperti, bata alumina pada calsination zone, bata magnesia pada burning zone, dan bata silika pada cooling zone.
Proses pembakaran dalam kiln dapat mengakibatkan
terbentuknya coating yaitu padatan yang melekat pada bata tahan api. Padatan
tersebut terbentuk karena kandungan sulfur dari bahan bakar (coal) yang beraksi dengan alkali dan chlorine yang terdapat di dalam raw meal. Coating dalam jumlah yang tepat dapat menguntungkan karena dapat
membuat umur bata tahan api lebih lama tetapi coating dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan penyempitan
jalur material dan menyerap panas sehingga kualitas klinker menurun. Selain
karena adanya kandungan sulfur dan alkali, pembentukan coating juga dipengaruhi kandungan O2 suhu dan kiln speed.
Pada kiln
inlet hood terdapat gas analyser berfungsi
untuk mengecek komposisi O2, CO, dan NOX dalam kiln.
Ketiga komponen tersebut harus dijaga karena dapat mempengaruhi kualitas
klinker itu sendiri. Kandungan O2 yang diharapkan berlebih (Excess) sebesar 2,5% agar menghasilkan
pembakaran yang sempurna dan beraksi dengan sulfur (SO4) membentuk CaSO4 yang
selanjutnya dapat mengurangi penggunaan gypsum.
Namun jika kandungan O2 rendah maka dapat menyebabkan pembakaran
tidak sempurna yang menghasilkan CO dan membentuk coating secara berlebih. Pembentukan coating tersebut disebabkan
karena rendahnya O2 sehingga SO4 akan beraksi dengan alkali. Sedangkan NOX dijaga agar yang
terbentuk kurang dari 1200 ppm. Bila jumlah NOX terlalu tinggi, maka
panas yang terbentuk menjadi overheat
dan dapat menyebabkan redspot. Salah
satu cara pengendaliannya adalah dengan menurunkan baham bakar di SP atau kiln. Tetapi, bila jumlah NOX
terlalu rendah dapat mengindikasikan bahwa pembakaran dalam kiln tidak mencapai suhu operasi yang
seharusnya, sehingga harus ditambahkan bahan bakar bila oksigen mencukupi.
3.
Tahap Pendinginan Klinker
Setelah
mengalami proses pembentukan klinker dari rotary
kiln, klinker didinginkan terlebih dahulu dengan tujuan:
a.
Menjaga keawetan peralatan transport dan penyimpanan
karena clinker masih bertemperatur tinggi.
b.
Menghindari terurainya C3S menjadi C2S
c.
Klinker yang panas dapat menyebabkan peruraian gypsum yang ditambahkan pada
penggilingan akhir.
d.
Menghindari terbentuknya kristal periclase, yang akan menurunkan kualitas semen.
e.
Membentuk
kristal amorf yang mudah untuk dihancurkan
Klinker yang keluar dari rotary kiln didinginkan secara
cepat atau disebut juga proses quenching.
Laju pendinginan klinker mempengaruhi perbandingan antara kristal dan fase cair
klinker. Pendinginan yang lambat mendorong pertumbuhan mineral klinker, oleh
karena itu pendinginan klinker dilakukan secara tiba-tiba dari suhu ±1450oC
menjadi 120oC. Tujuan quenching
yaitu untuk mencegah terjadinya
reaksi inversi C3S

Proses
pendinginan klinker di P-11 dilakukan dengan grate cooler atau Air
Quenching Cooler (AQC). Hamparan
klinker yang mengalir sepanjang grate
cooler digerakkan dengan system hidrolis. Udara pendingin dihembuskan dari
bawah grate dengan menggunakan cooling fan menembus hamparan klinker. Jenis grate
cooler yang digunakan adalah controlled
flow grate (CFG) dimana udara dari cooling
fan masuk ke dalam cooling air
chamber, kemudian udara mengalir melalui
flexible host menuju ke setiap grate plate
sehingga udara yang mengalir lebih merata. Grate terbagi menjadi 3 bagian, dimana diantara
grate 2 dan grate 3 terdapat roller
crusher yang berfungsi untuk menghancurkan klinker yang berukuran besar.
Keuntungan menggunakan grate cooler
a. Kapasitas klinker yang didinginkan lebih
besar
b. Suhu klinker yang dihasilkan cukup rendah
c. Dapat menyediakan udara tertier untuk
pembakaran di precalsiner
Selain berfungsi untuk pendinginan klinker, grate cooler juga memiliki peran penting
yaitu menyuplai udara di kiln dan SP untuk memenuhi kebutuhan panas dan oksigen
(O2). Udara hasil pendinginan dibagi menjadi secondary air, tertiery
air dan gas buang. Secondary air dimanfaatkan untuk pembakaran di kiln sedangkan tertiery air dimanfaatkan untuk pembakaran di SP. Sedangkan
gas buang setelah melewati Electrostatic
Precipitator (EP) dikeluarkan melalui chimney.
Selama proses pendinginan di grate cooler, klinker yang jatuh lolos dari grate plate akan diangkut dengan menggunakan drag chain untuk digabungkan dengan klinker hasil pendinginan grate cooler. Klinker masuk ke apron conveyor bergabung dengan klinker
yang berasal dari EP, kemudian diangkut menuju ke klinker silo.
Parameter penting dalam pengoperasian grate cooler adalah ketinggian clinker bed dan speed grate. Clinker bed yang terlalu tinggi akan menghambat
masuknya udara pendingin, sehingga mengakibatkan tingginya suhu klinker. Suhu
klinker yang tinggi dapat menyebabkan terurainya C3S menjadi C2S.
Selain itu, castable pada grate akan cepat rusak. Sedangkan jika clinker bed terlalu rendah dapat
menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan bakar karena udara yang masuk ke dalam
cooler menjadi lebih banyak dan berada pada suhu yang cenderung dingin, dimana
udara tersebut selanjutnya digunakan sebagai secondary air dan tertiery air
yang membantu proses pemanasan. Rendahnya clinker
bed juga dapat membuat clinker yang ada terbawa oleh udara dari cooling fan menuju ke kiln dan
menyebabkan operasi menjadi lebih dusty.
Selain itu clinker bed yang terlalu
rendah juga dapat menyebabkan red river yaitu
lapisan tipis klinker yang sangat panas diatas lapisan clinker normal yang
mengalir lebih cepat ke cooler discharge
end sehingga struktur klinker yang keluar tidak bagus.
IV.2.2.4 Unit Penggilingan Akhir (Cement Mill Unit)
Tujuan dari finish mill adalah untuk
menghasilkan semen dengan tingkat kehalusan tertentu dengan cara menggiling
campuran klinker, gypsum, dan bahan
aditif lainnya dengan perbandingan tertentu. Kehalusan semen adalah salah
satu faktor penentu utama dari semen yang dihasilkan. Kehalusan semen akan mempengaruhi kuat tekan awal yang tinggi
dan peningkatan kuat tekan beton pada tahap berikutnya.
Klinker
dari silo penyimpanan dimasukkan ke
dalam hopper. Kemudian dari hopper klinker dibawa menuju ke pregrinding mill menggunakan belt
conveyor dan ditentukan proporsinya menggunakan weighning feeder. Selain itu, limestone
dan bahan aditif lainnya juga dibawa menuju pregrinding
mill melalui weighing feeder menggunakan belt conveyor. Ketiga material tersebut akan bercampur di belt conveyor yang menuju ke pregrinding mill. Sebelum masuk ke dalam
pregrinding mill material akan
melalui magnetic separator dan metal detector yang berfungsi untuk
memisahkan material dengan impurities
seperti logam.
Di dalam pregrinding,
material mengalami proses grinding
yang sama seperti pada vertical raw mill.
Namun, pada finish mill separator
berada terpisah dari pregrinding.
Selanjutnya material dibawa menuju ke fluidized
separator menggunakan bucket lift.
Di dalam fluidized separator material
terpisah menjadi 3, yaitu material yang halus, material yang agak kasar dan
material yang masih kasar. Material yang halus akan terhisap oleh mill fan menuju ke O-sepa separator, material yang agak kasar akan dibawa menuju tube mill, sedangkan material yang kasar
akan terjatuh dan dibawa kembali ke pregrinding.
Gypsum sebagai bahan tambahan dibawa dari storage menuju ke hopper dengan belt conveyor. Kemudian setelah diatur oleh weighing feeder, gypsum
dimasukkan ke cement mill bersama material yang telah melalui proses grinding dan separating. Gypsum
yang ditambahkan sebanyak 2%
dari berat klinker.
Jenis cement mill yang digunakan adalah tube mill yang terdiri dari dua chamber yang dibatasi oleh compartement atau chamber.
Pada chamber I terjadi
penghancuran atau penumbukan (impact) sedangkan chamber II terjadi penggerusan atau penghancuran.
Di dalam chamber tersebut material digiling dengan menggunakan steel ball. Berdasarkan fungsi dari
masing-masing chamber memiliki
diameter steel ball yang berbeda,
dimana pada chamber 1 diameter steel ball yang digunakan lebih besar
dibandingkan chamber 2. Filling degree ball mill sebesar 27-30%. Dinding shell dilapisi dengan liner yang berfungsi mengarahkan gerakan
steel ball dan melindungi shell. Setiap chamber memiliki jenis liner yang berbeda, yaitu lifting liner dan classifiying liner. Lifting
liner yang berada pada chamber 1
berfungsi untuk mengangkat steel ball sehingga
menghasilkan efek tumbukan pada material. Sedangkan tipe liner pada chamber 2
adalah classifiying liner yang
berfungsi untuk mengangkat steel ball dan
menghasilkan efek penggerusan pada material serta mengklasifikasikan steel ball sesuai dengan ukurannya.
Adanya putaran mill akan menyebabkan
benturan antara steel ball dengan material, sehingga material dapat hancur dan halus. Tumbukan tersebut juga dapat mengakibatkan
temperatur dalam tube
mill menjadi tinggi. Selain
itu panas dari klinker yang masuk ke dalam tube
mill juga turut mendukung naiknya temperatur dalam tube mill terutama dalam pembuatan semen jenis OPC, dimana
komposisi klinker yang dicampurkan sebanyak 90-92%. Sedangkan temperatur dalam alat ini tidak boleh
lebih dari 120oC karena gypsum
dapat kehilangan kristal airnya
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai retarder
dan semen yang dihasilkan akan mengalami proses pengerasan yang lebih cepat. Selain itu suhu yang terlalu tinggi di
dalam tube mill juga dapat
mengakibatkan timbulnya coating pada steel ball. Oleh karena itu untuk menjaga gypsum agar tidak cepat rusak dan mencegah timbulnya coating dalam pembuatan semen jenis OPC damper O-sepa separator dibuka agar
udara dari luar dapat masuk dan terjadi perpindahan panas dari panas akibat
klinker dan tumbukan ke fresh air sehingga
temperatur di dalam tube mill tidak
terlalu panas.
Dalam pembuatan semen jenis PCC, komposisi klinker
yang digunakan tidak sebanyak semen OPC yaitu 68-70%. Untuk tetap menjaga
kualitas semen dengan komposisi klinker yang lebih kecil, maka perlu ditambahkan
bahan aditif yang dapat mensubstitusi kegunaan dari klinker yaitu trass. Namun, trass memiliki moisture
content yang cukup tinggi sebesar 15-18% sedangkan moisture content yang terlalu tinggi tidak diharapkan dalam proses
penggilingan karena akan meningkatkan kebutuhan energi. Untuk mencegah keadaan
yang lembab dalam tube mill maka dibutuhkan
udara panas yang berfungsi untuk menurunkan moisture
content dalam trass. Kebutuhan
udara panas tersebut disuplai dari udara panas hasil pendinginan klinker di grate cooler yang telah melalui electrostatic precipitator.
Untuk meningkatkan efisiensi penggilingan, maka
ditambahkan cement grinding aid (CGA).
CGA adalah chemical agent yang
berfungsi untuk mencegah coating,
meningkatkan grindability klinker dan
mendispersikan partikel sehingga material halus tidak terbawa oleh material
yang kasar yang dapat menyebabkan overgrinding.
Untuk semen jenis PCC, CGA dicampurkan dengan Strength Improvement Agent (SIA) yang berfungsi untuk meningkatkan strength produk.
Produk
yang keluar dari cement mill sebagian
besar masuk lewat air slide ke bucket elevator untuk selanjutnya dengan
bantuan air slide, material masuk O-sepa separator. Disinilah terjadi pemisahan partikel, dimana hasil kasar (tailing) akan kembali masuk ke mill sedangkan partikel halus akan terhisap oleh mill
fan dan masuk ke dalam bag filter. Di dalam bag filter partikel halus akan menempel
pada dinding bag sedangkan udara yang
bebas dari partikel halus akan dibuang melalui chimney. Partikel halus yang menempel pada bag akan ditembakkan dengan purging
air secara berkala sehingga partikel tersebut luruh dan keluar melalui rotary feeder menuju ke cement silo.
IV.2.2.5 Unit Pengantongan Semen (Packing Unit)
Dari cement silo, produk semen yang sudah jadi diangkut menggunakan air slide menuju bucket elevator. Dari bucket
elevator, semen dimasukkan ke dalam vibrating
screen untuk memisahkan material yang halus dan kasar serta pengotor yang
ikut terbawa produk semen. Material kasar dan pengotor dibuang dengan
menggunakan corong vibrating screen
di bagian atas, sedangkan material yang halus langsung masuk ke dalam cement bin. Dari bin, semen dialirkan ke dalam in-line
packer. Jika bin tersebut telah
penuh maka semen akan terus bersirkulasi, yaitu dijatuhkan kembali ke dalam bucket elevator lalu kembali ke vibrating screen dan seterusnya.
Masing-masing in-line packer terdiri
dari enam corong pengisian yang mengumpankan semen ke dalam kantong dengan
kapasitas masing-masing 50 kg. Untuk mengurangi jumlah semen tumpah pada saat
pengisian, maka dipasang screw conveyor
pendek pada masing-masing in-line packer
dan selanjutnya dialirkan ke screw
conveyor panjang lalu masuk ke dalam bucket
elevator dan ke vibrating screen,
selanjutnya masuk ke dalam bin. Semen
yang telah masuk ke dalam kantong akan diangkut ke dalam belt conveyor menuju truk pengangkutan. Selain pengemasan ke dalam
kantong 50 kg, pada unit packing terdapat
juga pengemasan dalam ukuran besar yakni big
bag dengan kapasitas 1 dan 1,5 ton serta semen curah dengan kapasitas 15-25
ton atau sesuai dengan pesanan. Untuk semen curah, semen yang berasal dari bin langsung didistribusikan ke loading truck. Untuk mencegah terjadinya
polusi udara akibat debu, maka pada unit pengantongan ini dilengkapi dengan
alat dust collector jenis bag filter.
IV.2.2.6 Unit Pengeringan dan Penggilingan Batubara
(Coal Mill Unit)
Unit
Pengeringan dan Penggilingan Batubara (Coal
Mill Unit) mempunyai tujuan untuk mempersiapkan batubara secara fisis untuk
digunakan sebagai bahan bakar pada proses pembakaran di kiln dan suspension preheater. Standar kualitas fine coal:
Residu :
85% +1 pada saringan 170 mesh (90
mikron)
Kadar Residu : High moisture content max
10 %
Low
moisture content min 3 %
Batubara
yang digunakan adalah batubara Adaro, yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dari PT Adaro, coal dikirim ke pelabuhan Cigading dan diangkut dengan kereta
api ke terminal Bekasi, kemudian diangkut menuju PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. dengan menggunakan coal havler
atau bisa juga pengangkutan coal dari Tanjung Priok menuju dump truck ke PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Batubara
yang diterima di lokasi pabrik disimpan ditumpahkan ke dalam beberapa hopper dengan menggunakan sistem dumping hydraulic. Pada hopper terdapat vibrator yang berfungsi untuk memudahkan
material jatuh dan sekaligus menahan benda asing masuk. Coal yang diangkut
dengan dump truck dimasukkan kedalam hopper dengan cara manual, bukan dengan dumping hydraulic. Ada enam buah hopper, tiga buah untuk dumping hydraulic dan tiga buah untuk
proses penuangan.
Dari
hopper, raw coal diangkut belt feeder dan belt conveyor menuju coal
storage C. Kapasitas storage
adalah 30.000 ton. Pada storage akan
terjadi proses homogenisasi. Coal dilewatkan pada tripper yang mengatur penyebaran coal pada storage,
sehingga membentuk pile-pile. Ada
enam pile storage coal, yang
tujuannnya untuk mempermudah pengamatan
volumetrik terhadap jumlah coal yang
digunakan dan untuk antisipasi terhadap kemungkinan bahaya kebakaran. Untuk pengambilan coal
menggunakan bantuan reclaimer dan scrapper (laju pengisian 10 ton/hari)
batubara diangkut dengan belt conveyor
menuju vibrating screen dan magnetic separator. Benda-benda asing
(besi dan lainnya) tertarik oleh medan magnet dari magnetic separator dan apabila masih ada besi yang lolos, maka metal detector akan secara otomatis
mematikan belt conveyor dan
membunyikan alarm. Vibrating screen
memisahkan batubara yang masih berukuran besar (>50mm) untuk diangkut dan
dihaluskan di dalam crusher,
sedangkan partikel yang kecil diangkut oleh belt
conveyor menuju hopper. Partikel
yang besar yang telah dihaluskan kemudian bergabung dengan partikel kecil yang
lolos dari vibrating screen.
Kemudian
material masuk ke dalam hopper, dari hopper raw coal diangkut dengan chain
feeder diumpankan ke dalam roller mill
melalui rotary lock feeder untuk
mencegah masuknya udara luar.
Untuk
proses pengeringan, digunakan gas panas berasal dari SP. Gas panas ini terbawa
debu (raw meal) sehingga perlu cyclone untuk memisahkan gas panas dari
debu. Debu dari cyclone dikembalikan
ke dalam raw meal silo, sdengkan gas
panas diteruskan ke header. Fungsi header adalah untuk mengurangi debu yang
masih terbawa gas panas dan sebagai reservoir
panas yang mengatur gas panas ke tiga buah coal
mill yang ada. Gas panas didistribusikan ke masing-masing coal mill untuk proses pengeringan di coal mill.
Coal mill (Roller mill) yang digunakan berjenis vertical roller mill yang terdiri atas komponen utama meja giling,
dua pasang rol penggiling dan rumah- rumah beserta grit separator yang terpasang di bagian atasnya.
Batubara
dijatuhkan ke pusat meja giling yang berputar dan tergilas oleh pasangan rol
penggiling yang menekan meja dan digerakkan secara hidrolik. Batubara yang
telah digiling dipindahkan dari tepi meja giling dan terbawa oleh gas panas
yang mengalir naik melalui nozzle ring
menuju separator. Batubara dikeringkan oleh gas panas dan dihaluskan sampai
mencapai kehalusan 170 mesh dengan 12% residu
tertampung pada mesh dan kadar air
turun dari 23% menjadi 7-10%.
Pada
separator, serbuk batubara kasar
dipisahkan dari yang halus dan dikembalikan ke mill untuk digiling ulang.Tingkat kehalusan batubara yang
diinginkan diperoleh dengan jalan mengatur kedudukan kisi-kisi separator.
Gas
dan batubara keluar dari bagian atas mill menuju bag filter. Gas panas dilepaskan ke lingkungan dengan suhu 60-70oC
atau bila diperlukan dikembalikan ke coal
mill sebagai gas balik. Pengaturan jumlah gas yang dikembalikan tergantung
pada suhu material di outlet mill.
Bila suhunya tinggi, gas balik berjumlah banyak dan begitu juga sebaliknya.
Selanjutnya untuk batubara dengan kandungan ± 9% tertahan di bag filter akan dilepaskan dengan cara purging (tembakan terhadap filter secara berkala) dan jatuh ke screw conveyor untuk kenudian ditampung
dalam hopper. Selanjutnya batubara
tersebut dipompakan menuju burner di
dalam kiln untuk dibakar.
Mantap makasih Infonya.. Oia boleh minta file utuhnya... mbak... Mau dijadikan file refrensi kerja praktek juga. Kalo boleh mohon dikirim ke email ini ya mbak.. putra.indo13@gmail.com
BalasHapusSaya menyediakan karung jumbo bag, sling bag kapasitas 500kg-2000kg kekuatan dijamin tersedia kondisi bekas ataupun baru, dan karung 50kg bekas ataupun baru ready bersta dar SNI, sudah berpengalaman sejak tahun 1995, cocok buat isi hasil bumi atau pertambangan sperti, pasir, silika, kapur, arang, sawit, rempah2, biji2an, jenis plastik, dan grade food untuk makanan, susu bubuk, kopi, coklat bubuk, gula, garam dll, sudah berpengalaman kirim ke seluruh Indonesia dan terpercaya, perlu diketahui menggunakan packing jumbo bag menghemat biaya finishing dan pengemasan produksi
BalasHapusKontak hubungi :
Wa: 081296230410
Tlp: 081278692200
Email : Fikriefridho99@gmail.com
Lokasi- Serang-Banten dan jabodetabeka
Hello, Everyone,I'm Adrik Vadim living in Kurgan City , I want to share with you all on here on how Mr Benjamin help me with a loan of 15,000.000.00 Rubles to start up my food beverage delivery after all I have work in several hotels here in kurgan just to earn a living but unfortunate I was still having difficulties to pay a rent but I thank God now that I'm a self employ now with 5 workers working in my care. Just if you looking for financial freedom I will advise you contact Mr Benjamin with this email below and whats app number as well. lfdsloans@outlook.com +1-989-394-3740
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com